Kamis, 06 Februari 2014

KANKER PAYUDARA



KANKER PAYUDARA
  1. Pengertian
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker Payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara, Hal ini bisa terjadi terhadap wanita maupun pria. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
  1. Patofisiologi
a.     Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
b.     Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
c.     Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
  1. Tanda dan Gejala
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
a.     Terdapat massa utuh (kenyal), Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
b.     Nyeri pada daerah massa
c.    Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper.
Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
a.     Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk)
b.     Pengelupasan papilla mammae
c.     Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
d.     ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
Gejala utama cancer payudara:
·      Mammae yang bersangkutan berbeda bentuknya (deformitas) dibandingkan mamme yang lain
·      Ulkus berdasarkan tumor
·      Kulit merah dan mengeras (cancer encurasse)
·      Kulit merah licin dengan bagian yang melunak (mastitis carcinomatosa)
·      Adanya tonjolan anak tumor (satelit)
·      Edema yang meluas di kulit (peau d’orange)
·      KGB axilla dan supraclavikula yang membesar dengan jelas.
  1. Faktor Resiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
a.     Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
b.     Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
c.     Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
d.     Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
e.     Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
f.      Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
g.     Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
  1. Pemeriksaan Khusus dan Pemeriksaan Penunjang
a.   Laboratorium meliputi:
·      Morfologi sel darah
·      Laju endap darah
·      Tes faal hati
·      Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
·      Pemeriksaan sitologik
o  Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar sponyan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
b.   Tes diagnosis lain
    • Non invasif
1). Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang asimptomatis dan memberikan keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan.
         2). Radiologi                                                       
Foto thorax
Foto polos perut (hepar)
Bone survey (lumbal, pelvis, femur)
         3). USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara massa yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan patudar yang tebal/padat.
         4). Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa tumor. Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
         5). Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang digunakan.
  • Invasif
1). Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi pemmbedahan.
a). Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.
b). Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy mammografi dan computer untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.
c). Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
d). Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat
Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara frozen section.
Penentuan Ukuran Tumor, Penyebaran Ke Kelenjar Limfe Dan Tempat Lain Pada Carcinoma Mammae
TUMOR SIZE (T)
TX
Tidak ada tumor
T0
Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
T1
Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang
T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T1b >0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T1c >1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2
Tumor dengan diameter antar 2-5cm
T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2b dengan fiksasi
T3
Tumor dengan diameter >5 cm
T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi
T4
Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secar langsung ke dalam dinding thorak dan kulit
REGIONAL LIMFE NODES (N)
NX
Kelenjar ketiak tidak teraba
N0
Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
N1
Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan
N2
Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya
N3
Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau intraklavikuler terhadap edema lengan
METASTASE JAUH (M)
M0
Tidak ada metastase jauh
M1
Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara
Stadium Klinis Kanker Payudara
STADIUM
T
N
M
0
T1s
N0
M0
I
T1
N0
M0
IIA
T0
T1
T2
N1
N1
N0
M0
M0
M0
IIB
T2
T3
N1
N2
M0
M0
IIIA
T0
T1
T2
T3
N2
N2
N2
N1, N2
M0
M0
M0
M0
IIIB
T4
Semua T
Semua N
N3
M0
M0
IV
Semua T
Semua N
M1
  1. Terapi yang dilakukan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:

a.     Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
·         Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
·         Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
·         Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

b.     Radiasi

Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

c.     Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
  1. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hiperkalsemia. Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.Free counters

QC mamografi (QUALITY CONTROLE)

          Adalah bagian dari quality assurance yang menitik beratkan aktifitas programnya pada teknik-teknik yang diperlukan bagi pengawasan, penjagaan dan perawatan peralatan radiology (Pesawat sinar X).
3 Langkah yang diperlukan untuk suatu program QC.
  1. Uji penerimaan pesawat / uji fungsi awal
      Apakah pesawat yang telah dibeli memiliki kinerja sesuai dengan    spesifikasi
      pabrik yang telah mereka rekomendasikan dengan standar nasional atau
      internasional.
  1. Pemantauan kinerja rutin
Dilakukan pemantauan secara periodic yang bersifat harian, mingguan bulanan.
  1. Perbaikan (maintenance)
Kinerja komponen peralatan telah melampaui rekomendasi standar yang dianjurkan.misalnya Tabung sinar X.
Upaya penggantian komponen peralatan harus dilakukan demi menjaga keselamatan/ perlindungan dan menjamin mutu bagi pengguna jasa atau bagi
Petugas pelaksana.
Kualitas imaging mammografi ditentukan oleh
-    Sensitifitas film dengan alat Densitometer
Sensitifitas film yaitu mengukur karakteristik respon film terhadap radiasi baik cahaya tampak atau sinar X
Manfaatnya- dapat menilai kontras film,dapat menilai speed film, membandingkan film satu dengan yang lain,dan dapat mengetes cairan developer.
-         Kaset
Merupakan wadah yang kedap cahaya tampak dan  untuk menempatkan film diantara insifying screen. Kaset memiliki berbagai ukuran sesuai kebutuhan.
Kaset mudah cedera dan mengakibatkan kebocoran, oleh sebab harus selalu diperiksa dan dibersihkan secara teratur dengan frekuensi harian,mingguan atau bulanan.
-         Screen film
Intensifying screen terbuat dari bahanflouresen yang memancarkan cahaya tampak bila terkena radiasi sehingga dapat menghitamkan film. Kaset yang baik harus sesuai dengan sepasang intensifying screen. IS yang sudah lama mudah cedera, dan benda asing pada permukaan screen dapat memberikan artefak pada film. Screen harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur dengan frekuensi tiap mingguan,bulanan atau setiap perbaikan fisik terhadap kaset (bila diperlukan).
-         Generator performance (KV, mA linearity, Waktu eksposi)
Generator adalah satu  elemen dari system pembangkit sinar X Keluaran sinar X dari tabung sinar X sangat dipengaruhi oleh parameter teknis antara lain kualitas tegangan suplai KV, MA dan Waktu.
a)      Uji akurasi KVp
Voltage tabung sinar X mempunyai efek yang signifikan terhadap kualitas gambar  dan juga dosis radiasi kepada pasien.Oleh karena itu pemilihan KV pada meja kontrol seharusnya mamproduksi output KVp dengan tingkat energi radiasi sinar X yang proporsional. Variasi perbedaan setting KVp kualitas berkas sinar X masih diperkenankan ± 4 Kvp dari nilai sesungguhnya.
Pengujian ini dapat dilakukan dengan alat KVp meter digital multi function
 (QC Equipment)
b)      Uji linearitas mA
mA selector pada generator sinar X digunakan untuk mengatur temperatur filamen tabung sinar X, sepanjang waktu eksposi. Lebih penting lagi mA selector menentukan kuantitas sinar X yang terjadi dalam suatu berkas sinar.
Output radiasi seharusnya adalah sama sepanjang KVp yang digunakan pada posisi konstan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan mA meter digital multi function. (QC Equipment)
a)      Uji waktu eksposi
Waktu eksposi secara langsung mempengaruhi kuantitas keseluruhan dari radiasi sinar X yang keluara dari tabung , dan dosis radiasi yang diterima pasien . Cara termudah untuk mengukur akurasi nilai waktu eksposi dengan menggunakan alat timer digital (multi function meter), namun demikian bila fasilitas radiology tidak memiliki peralatan ini, dengan alat Spinning top devices (manual). QC Equipment.
Gambar mammografi yang bagus
1 dapat memperlihatkan kontras dan detil yang tajam Yaitu dapat membedakan antara lesi dengan jaringan sekitar payudara.
2 Musculus pectoralis mayor jelas terlihat
3 Bagian superior dan inferior tidak terpotong
4 Seluruh gambaran mammogram jelas terlihat.
Free counters
Batas Toleransi Pengukuran Uji Kesesuaian
Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik
Oleh: Dwi Seno K. Sihono, M.Si
Departemen Fisika – FMIPA – Universitas Indonesia
Disampaikan dalam Workshop Tentang Uji Kesesuaian
Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional
Jakarta, 11 – 13 September 2008
Pendahuluan
Jaminan mutu (QA) dan kendali mutu (QC) merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pelayanan radiologi dianostik kepada pasien. QA/QC  wajib dilakukan dalam upaya menjamin pelayanan radiologi dianostik yang berkualitas, yaitu pelayanan yang tepat, akurat dan aman bagi pasien, pekerja dan lingkungan.
Definisi program jaminan mutu (QA) dalam radiologi diagnostik berdasarkan WHO adalah suatu usaha yang tertata dengan baik oleh staf untuk memastikan citra diagnostik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi sehingga dapat memberikan informasi diagnostik yang memadai secara konsisten, yang didapat dengan biaya dan paparan radiasi pasien seminimal mungkin.
Uji Kesesuaian (Compliance Testing) adalah uji untuk memastikan bahwa Pesawat Sinar-X memenuhi persyaratan keselamatan radiasi dan memberikan informasi diagnosis atau pelaksanaan radiologi intervensional yang tepat dan akurat. Uji kesesuaian merupakan dasar dari suatu program jaminan mutu radiologi diagnostik yang mencakup sebagian tes program jaminan mutu, khususnya parameter yang menyangkut keselamatan radiasi.
Batas Toleransi
Setiap uji kesesuaian pesawat sinar-x menggunakan peralatan yang tepat untuk setiap pemeriksaan. Peralatan itu sendiri harus memiliki program pemeliharaan dan jaminan mutu. Prosedur pengukuran dan kondisi penyinaran harus sesuai dengan parameter uji kesesuaian. Pengukuran pada uji kesesuaian diharapkan memberikan estimasi terbaik terhadap parameter uji kesesuaian. Namun setiap pengukuran pasti memiliki ketidakpastian, bergantung pada teknik pengukuran dan peralatan yang digunakan. Oleh karena itu batas toleransi untuk suatu parameter harus dimasukkan ke dalam ketidakpastian pengukuran.
Batas toleransi pada uji kesesuaian pesawat radiologi diagnostik
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa batas toleransi uji kesesuaian pesawat radiologi diagnostik dari beberapa sumber, diantaranya Diagnostic X-ray Equipment Compliance Testing dari Radiological Council of Western Australia, Diagnostic X-ray Unit QC Standards in Canada dan Quality Control in Diagnostic Radiology dari AAPM (American Association of Physicists in Medicine).
Uji Kesesuaian pesawat radiologi diagnostik mencakup
a.      Pesawat Sinar-X Konvensional;
b.      Pesawat Sinar-X Mobile;
c.      Pesawat Sinar-X Mamografi;
d.      Pesawat Sinar-X Kedokteran Gigi;
e.      Pesawat Sinar-X Fluoroskopi; dan
f.         Pesawat Sinar-X CT-Scan.
a.     Batas toleransi uji kesesuaian pesawat sinar-x
No
Jenis Pengujian
Western Australia
AAPM
Canada
1
Pengujian Ketepatan Kolimasi  pada SID 100 cm
< 10 mm (±1% dari SID)
±2% dari SID
±2% dari SID
2
Pengujian Iluminasi lampu kolimasi
> 100 lux at 1 m
-
> 100 lux at 1 m
3
Pengujian Ketepatan KV
+ 6% untuk kVp < 100 kVp
+ 6 kVp untuk kVp > 100 kVp
< 5%
< 10%
4
Pengujian Ketepatan Waktu Penyinaran
+ 10%
< 5% untuk waktu > 10 ms
< 10% untuk waktu < 10 ms
+ 10% + 1 ms
5
Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi
+ 10%
-
+ 10%
6
Pengujian Reproduksi Keluaran Radiasi
< 5%
< 5%
< 5%
7
Pengukuran HVL @ 80 kVp
> 2,3 mm Al
-
> 2,3 mm Al
8
Pengujian kebocoran Radiasi pada Tabung Sinar X
< 1mGy/jam pada SID 100 cm
-
< 1mGy/jam untuk area 10x10 cm2 pada SID 100 cm
b.     Batas toleransi uji kesesuaian pesawat sinar-x mobile
No
Jenis Pengujian
Western Australia
AAPM
Canada
1
Pengujian Ketepatan Kolimasi  pada SID 100 cm
< 10 mm (±1% dari SID)
±2% dari SID
±2% dari SID
2
Pengujian Iluminasi lampu kolimasi
> 100 lux at 1 m
-
> 100 lux at 1 m
3
Pengujian Ketepatan KV
+ 6% untuk kVp < 100 kVp
+ 6 kVp untuk kVp > 100 kVp
< 5%
< 10%
4
Pengujian Ketepatan Waktu Penyinaran
+ 10%
< 5% untuk waktu > 10 ms
< 10% untuk waktu < 10 ms
+ 10% + 1 ms
5
Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi
+ 10%
-
+ 10%
6
Pengujian Reproduksi Keluaran Radiasi
< 5%
< 5%
< 5%
7
Pengukuran HVL @ 80 kVp
> 2,3 mm Al
-
> 2,3 mm Al
8
Pengujian kebocoran Radiasi pada Tabung Sinar X
< 1mGy/jam pada SID 100 cm
-
< 1mGy/jam untuk area 10x10 cm2 pada SID 100 cm
c.     Batas toleransi uji kesesuaian pesawat sinar-x mamografi
No
Jenis Pengujian
Western Australia
AAPM
Canada
1
Pengujian Ketepatan Kolimasi  pada SID 100 cm
±1% dari SID
-
±2% dari SID
2
Pengujian Iluminasi lampu kolimasi
> 100 lux at 1 m
-
> 100 lux at 1 m
3
Pengujian Ketepatan KV
+ 6%
-
< 5%
4
Pengujian Ketepatan Waktu Penyinaran
+ 5%
-
+ 10% + 1 ms
5
Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi
+ 10%
-
+ 10%
6
Pengujian Reproduksi Keluaran Radiasi
+ 5%
-
+ 5%
7
Pengukuran HVL
menggunakan compression paddle
HVL = 0,01 kVp + c, dengan c untuk
0.12 untuk Mo/Mo;
0.19 untuk Mo/Rh;
0.22 untuk Rh/Rh
-
menggunakan compression paddle
HVL > 0,01 kVp ,
HVL < 0,01 kVp + c
dengan c untuk
0.12 untuk Mo/Mo;
0.19 untuk Mo/Rh;
0.22 untuk Rh/Rh
0,3 untuk W/Rh
8
Pengujian kebocoran Radiasi pada Tabung Sinar X
< 1mGy/jam pada SID 100 cm
-
< 1mGy/jam untuk area 10x10 cm2 pada SID 100 cm
d.     Batas toleransi uji kesesuaian pesawat sinar-x kedokteran gigi
No
Jenis Pengujian
Western Australia
AAPM
Canada
1
Pengujian Ketepatan Kolimasi  pada SID 100 cm
±1% dari SID
-
-
2
Pengujian Iluminasi lampu kolimasi
> 100 lux at 1 m
-
-
3
Pengujian Ketepatan KV
+ 6% untuk kVp < 100 kVp
+ 6 kVp untuk kVp > 100 kVp
-
< 10%
4
Pengujian Ketepatan Waktu Penyinaran
+ 10%
-
+ 10% + 1 ms
5
Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi
+ 10%
-
+ 10%
6
Pengujian Reproduksi Keluaran Radiasi
+ 5%
-
+ 5%
7
Pengukuran HVL @ 70 kVp
> 1,5 mm Al
-
> 2,1 mm Al
8
Pengujian kebocoran Radiasi pada Tabung Sinar X
< 0,25mGy/jam pada jarak 100 cm untuk intraoral
< 1mGy/jam pada jarak 100 cm
-
< 1mGy/jam untuk area 10x10 cm2 pada jarak 100 cm
e.     Batas toleransi uji kesesuaian pesawat sinar-x fluoroskopi
No
Jenis Pengujian
Western Australia
AAPM
Canada
1
Pengujian Ketepatan Kolimasi  pada SID 100 cm
Ketidaksesuaian tepi lapangan dengan image receptor  <  ±3% dari the SID
Jumlah ketidaksesuaian semua tepi lapangan dengan image receptor  <  ±4% dari SID
Ketidaksesuaian tepi lapangan dengan image receptor  <  ±3% dari the SID
Jumlah ketidaksesuaian semua tepi lapangan dengan image receptor  <  ±4% dari SID
Ketidaksesuaian tepi lapangan dengan image receptor  <  ±3% dari the SID
Jumlah ketidaksesuaian semua tepi lapangan dengan image receptor  <  ±4% dari SID
2
Pengukuran HVL @ 80 kVp
> 2,3 mm Al
-
> 2,3 mm Al
3
Pengujian Ketepatan KV
+ 6% untuk kVp < 100 kVp
+ 6 kVp untuk kVp > 100 kVp
< 10%
< 10%
4
Pengujian Ketepatan Waktu Penyinaran
+ 10% untuk waktu paparan > 100 ms dan + (10%+1)ms untuk waktu paparan < 100 ms
-
-
5
Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi
+ 10%
-
-
6
Pengujian Reproduksi Keluaran Radiasi
< 5%
-
Pada mode ABC faktor paparan pada fantom + 25%
7
Pengujian kebocoran Radiasi pada Tabung Sinar X
< 1mGy/jam pada SID 100 cm
-
< 1 mGy/jam untuk area 10x10 cm2 pada SID 100 cm
f.        Batas toleransi uji kesesuaian pesawat sinar-x CT-Scan
No
Jenis Pengujian
Western Australia
AAPM
Canada
1
Pengujian Ketepatan KV
+ 6% untuk kVp < 100 kVp
+ 6 kVp untuk kVp > 100 kVp
-
-
2
Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi
+ 10%
-
+ 10%
3
Pengukuran HVL @ 120 kVp
> 2,8 mm Al
-
-
4
Pengukuran CTDI
Nilai referensi
-
Baseline + 20%
5
Pengujian kebocoran Radiasi Tabung Sinar X
< 1mGy/jam pada jarak 100 cm
-
< 1mGy/jam untuk area 10x10 cm2 pada jarak 100 cm
Kesimpulan
-   Nilai hasil pemeriksaan pada uji kesesuaian pesawat radiologi diagnotik harus berada dalam batas toleransiuntuk memastikan keakuratan pengukuran
-       Setelah dipastikan metoda dan peralatan yang digunakan sudah sesuai namun hasil pemeriksaan berada di luar batas toleransi, maka perlu diadakan investigasi pada pesawat radiologi diagnotik tersebut
Referensi
1.      IAEA Standard Syllabus Course on Radiation Protection in Diagnostic and Interventional Radiology
2.      AAPM Report No.74, Quality Control in Diagnostic Radiology, Medical Physics Publishing, July 2002
3.     Radiological Council of Western Australia, Diagnostic X-ray Equipment Compliance Testing, Department of Health of Western Australia, 2006
4.      Diagnostic X-ray Unit QC Standard in British Columbia, Canada, 2004
5.   Ervin B. Podgorsak, et. al. Review of Radiation Oncology Physics: A Handbook for Teachers and Students, IAEA, Vienna, Austria, May 2003Free counters